Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia. Saat yang bersejarah itu tepatnya jatuh pada seorang Pimpinan Pemerintahan (acting Bupati) dan seterusnya berlangsung hingga sekarang. Seorang Bupati pada masa Pemerintahan Hindia Belanda yang terkenal sangat berwibawa dan arif bijaksana adalah MANGOEN NEGORO II yang terkenal dengan sebutan KANJENG JIMAT yang makamnya terletak di Desa Ngulankulon Kecamatan Pogalan. Menurut bukti administrasi yang ada di Bagian Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, nama-nama Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Trenggalek adalah: a. Jaman Trenggalek Awal 1. Sumotruno (menjabat tahun 1793) 2. Djojonagoro (menjabat tahun ...) 3. Mangoen Dirono (menjabat tahun ...) 4. Mangoen Negoro I (menjabat tahun 1830) 5. Mangoen Negoro II (menjabat tahun ... - 1842) 6. Arjokusumo Adinoto (menjabat tahun 1842 - 1843) 7. Puspo Nagoro (menjabat tahun 1843 - 1845) 8. Sumodiningrat (menjabat tahun 1845 - 1850) 9. Mangoen Diredjo (menjabat tahun 1850 - 1894) 10. Widjojo Koesoemo (menjabat tahun 1894 - 1905) 11. Poerba Nagoro (menjabat tahun 1906 - 1932) b. Jaman Trenggalek Manunggal Dengan manunggalnya kembali wilayah Pembantu Bupati di Panggul dengan wilayah Pembantu Bupati di Trenggalek, Karangan dan Kampak, maka pada jaman itu Trenggalek merupakan daerah Administrasi dalam arti mempunyai wilayah kekuasaan sendiri dan tidak bergabung dengan daerah Kabupaten lainnya. Adapun Bupati yang pernah menjabat pada masa itu hingga sekarang adalah: 1. Noto Soegito (menjabat tahun 1950) 2. R. Latif (menjabat tahun 1950) 3. Muprapto (menjabat tahun 1950 - 1958) 4. Abdul Karim Dipo Sastro (menjabat tahun 1958 - 1960) 5. Soetomo Boedi K. (menjabat tahun 1965) 6. Hardjito (menjabat tahun 1965 - 1967) 7. Muladi (menjabat tahun 1967 - 1968) 8. Sotran (menjabat tahun 1968 - 1974) 9. Much. Poernanto (menjabat tahun 1974 - 1975) 10. Soedarso (menjabat tahun 1975 - 1985) 11. Haroen Al Rasyid (menjabat tahun 1985 - 1990) 12. Drs. H. Slamet (menjabat tahun 1990 - 1995) 13. Drs. H. Ernomo (menjabat tahun 1995 - 2000) 14. Ir. Mulyadi WR (menjabat tahun 2000 - 2005) 15. Soeharto (menjabat tahun 2005 - sekarang) # PERINGATAN HARI JADI KOTA TRENGGALEK # Berdasar hasil penggalian tim sejarah Trenggalek, yakni Prasasti Kamulan, Kabupaten Trenggalek berdiri pada 31 Agustus 1194 M. Setiap tahun "Hari Jadi" ini diperingati oleh masyarakat Trenggalek dengan menyelenggarakan upacara adat di Pendopo Kabupaten. Sehari sebelum peringatan, dilakukan acara ziarah ke makam-makam leluhur/pendahulu Trenggalek, malam tirakatan, tadarus dan lain-lain. Dan acara puncak kirab keliling kota diselenggarakan tepat pada tanggal 31 Agustus. Kirab keliling kota diikuti oleh berbagai lapisan masyarakat Trenggalek dengan berpakaian adat jawa dan diiringi berbagai kesenian dan permainan tradisional. Pada malam harinya, berbagai pertunjukan kesenian digelar. KIRAB PUSAKA, Para punggawa Pemerintah Kabupaten Trenggalek melaksanakan kirab pusaka mengelilingi pendopo. KIRAB PUSAKA, Para punggawa Pemerintah Kabupaten Trenggalek melaksanakan kirab pusaka mengelilingi pendopo. PAWAI PENGIRING KIRAB, Pawai berlatar belakang kerajaan ini dilaksanakan untuk mengiringi kirab pusaka. PAGELARAN TARI, Guna memeriahkan rangkaian acara Hari Jadi Trenggalek dan dalam rangka pelestarian budaya daerah, tari-tarian tradisional juga dipentaskan. Hari Raya Ketupat/Kupatan Tradisi Hari Raya Ketupat di Kecamatan Durenan berawal dari kebiasaan seorang ulama setempat yang hidup sekitar abad XIX. Saat itu, setelah melaksanakan Sholat Ied, seperti tradisi pada umumnya, warga Durenan saling bersilaturahmi. Lepas tanggal 1 Syawal, mereka melaksanakan puasa sunah selama enam hari, yaitu tanggal 2 sampai 7 Syawal. Usai puasa sunah tersebut pada hari ketujuh, mereka mengadakan perayaan ketupat atau lazim disebut dengan "Bada Ketupat atau Kupatan". Dalam perayaan tersebut, para ulama setempat mengadakan silaturahmi ke Trenggalek untuk menghadap Bupati yang saat itu lazim dipanggil "Ndoro Kanjeng". Pada saat itu sudah menjadi kebiasaan bagi Penguasa Trenggalek bahwa Ndoro Kanjeng mengadakan semacam Open House pada Hari Raya Idul Fitri ke-tujuh. Konon sebagai oleh-oleh dari Durenan, para tamu mempersembahkan ketupat kepada Ndoro Kanjeng. Tradisi ini terus berlanjut sampai sekarang dan dari tahun ke tahun pelaksanaannya semakin meriah. Semua tamu, baik sudah kenal atau belum, akan memperoleh hidangan ketupat setiap bersilaturahmi ke rumah-rumah warga Durenan.=>bersambung...
=>BACK =>HOME